Minggu, 23 September 2007

Seorang Penggembala

Cerpen: Rosyidah Purwo

Udara sore hari, di bukit Bunga Sakura, berhembus sepoi. Seorang penggembala, dengan lima puluh kambing gembalaannya, tengah asyik menggembalakan kambing-kambingnya. Satu kebiasaan unik yang dimiliki penggembala itu adalah selalu berkata ”ini bagus” dalam keadaan apapun. Senang atau susah, untung atau rugi.
Suatu ketika salah satu kambingnya dimakan harimau. Penggembala itu berkata ”ini bagus.” Ia bahkan memperhatikan harimau yang memakan kambing gembalaannya itu dengan tersenyum.
Pernah pula sembilan belas ekor kambingnya dicuri orang, Penggembala tetap mengatakan ”ini bagus”. Penggembala tidak bersedih ataupun mengeluh.
”Dengan jumlah kambingku yang semakin sedikit, akan meringankan bebanku.” Katanya.
Esok hari, penggembala menggembalakan kambing-kambingnya sampai tempat yang jauh. Penggembala menyusuri jalan setapak di perbukitan itu. Di tengah perjalanan, penggembala bertemu dengan seorang raja
”Wahai anak muda, banyak sekali kambing-kambing yang kau miliki, apakah kamu tidak lelah menggembalakannya?”
”Tidak, sebab aku sangat menyayangi mereka?” Raja tersenyum mendengar jawaban Penggembala.
”Wahai Anak muda, bolehkah aku memiliki kambing-kambing itu?” Penggembala terdiam lama. Ia bingung harus menjawab boleh atau tidak. Jika Ia menjawab tidak, itu artinya penggembala tidak menghormati Raja, jika menjawab boleh, berarti Penggembala harus kehilangan kambing-kambing kesayangannya.
”Aku sedang mencari lima puluh kambing. Jumlahnya tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih. Dan aku tahu kalau kamu memilikinya. Untuk itu sudilah kiranya Anak muda memberikannya padaku.” Raja meminta dengan penuh hormat.
Dalam hati Penggembala keberatan sekali. Namun karena sikapnya yang selalu berbaik sangka, Penggembala pun memberikan kambing-kambingnya pada Raja.
”Barangkali ini bagus untukku.” Begitu katanya.
Penggembala pulang dengan tangan kosong. Di tengah perjalanan pulang Ia bertemu dengan gerombolan perampok. Perampok itu mengambil apa saja yang ditemuinya.
”Wahai anak muda, berikan pada kami barang yang kau miliki.”
”Aku tidak memiliki apapun.” Jawab Penggembala. Perampok itu pun pergi setelah mengetahui Penggembala itu tidak memiliki apa-apa untuk bisa diambil. Perampok bersukur pada tuhan. Esok harinya Raja datang kerumah Penggembala dengan membawa lima puluh kambing-kambing miliknya.
”Anak muda, aku kembalikan semua kambing-kambing milikmu.” Penggembala heran dengan sikap raja.
”Maafkan aku, telah membuat kamu bersedih. Sebenarnya aku telah berbohong padamu. Sebenarnya aku tidak membutuhkan kambing-kambingmu. Aku hanya aingin memiliki saja, sebab kambing-kambingmu terlihat cantik dan sehat-sehat.”
”Tidak Raja, itu bagus untukku.” Raja heran mendengar jawaban Penggembala.
”Apa maksud kamu?”
”Andaikan kambing-kambing ini tidak aku berikan pada Raja, pasti kambing-kambing ini sudah dirampok.”
Penggembala semakin yakin bahwa dengan berbaik sangka, akan membawa pada kebaikan.



Semarang, November 2006

Tidak ada komentar: