Minggu, 23 September 2007

Karena Buruk Sangka

Cerpen: Narsiti Rosyidah

TK Bakti Ibu, hari ini akan mengadakan kunjungan ke toko buku Amanah. Suasana di dalam kelas itu sangat gaduh dan ramai. Mereka melakukan persiapan untuk pergai ke sana. Mereka sangat gembira dengan kegiatan itu Setelah persiapan dianggap cukup, merekapun berangkat. Ibu guru Alifah memimpin mereka membaca do’a.
. Sebelum mereka naik mobil yang akan membawa mereka ke toko buku, ibu guru Alifah memberikan banyak nasehat pada mereka.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih ½ jam rombongan merekapun sampailah. Di sana mereka disambut oleh para pelayan toko yang ramah-ramah dan cantik.
“ Nah, anak-anak sekarang kita sudah sampai. Kalian boleh bermain sesuka kalian tapi jangan lupa dengan pesan ibu.”
“Bu guru, Sarah menangis.” Seru Dila tiba-tiba. Lalu bu guru Alifah mendekati Sarah.
“ Mengapa kamu menangis,Sarah?” Tanya ibu guru Alifah.
“ I…i…i…tu, di sana ada pengemis tua.”
Jawab Sarah sesenggukan.. Pengemis itu wajahnya sangat pucat, dan tubuhnya kelihatan sangat lemah sekali.
“Bagaimana kalau kita mengumpulkan sebagian uang saku kita untuk membantu nenek itu ?” Tanya bu guru Alifah.
“ Iya bu, saya mau.” Jawab Dila.
“ Saya juga bu.” Jawab Fatah.
“ Iya saya juga bu.” Sahut Warno, lalu diikuti oleh yang lainnya.
Masing-masing mengumpulkan uang sebesar seribu rupiah. Giliran yang terakhir adalah Wawan. Ibu guru Widyawati memandangi Wawan yang tidak mau memberikan uang sakunya, begitupun dengan teman-temannya.
“ Wawan, kamu tidak ikut seperti teman-teman ?” Tanya ibu guru Alifah.
“ Saya tidak mau bu, nenek iu kan sebenarnya masih bisa cari uang sendiri tanpa harus meminta-minta. Lihat saja kantong yang di bawanya itu, pasti terdapat banyak bekal makanan di situ, mengapa harus minta-minta!” Jawab Wawan ketus.
“ Wawan tidak boleh seperti itu, bagaimanapun juga kita harus membantu orang yang membutuhkan bantuan kita. Iangat dengan kata-kata ibu tidak, kalau kita mau menolong orang lain pasti Alloh akan membalasnya.”
“ Pokoknya Wawan tidak mau !” Jawabnya ketus.
“ Baiklah, ibu tidak memaksa, tapi lain kali Wawan tidak boleh seperti itu lagi ?”
Kemudian ibu guru Alifah memberikan uang itu pada nenek tua itu. Setelah itu anak-anak di ajak masuk ke toko buku. Mereka dipandu oleh mbak Banat, salah satu dari karyawan toko buku itu. Ia memberikan banyak penjelasan mengenai berbagai macam buku yang ada di sana.
Setelah selesai, mereka berkumpul lagi., untuk dipertemukan dengan menejer toko buku itu, pak Hendrawan namanya. Ia penyayang dan baik kepada anak-anak.
“ Selamat siang anak-anak.” Sapa pak Hendrawan pada mereka.
“ Selamat siang paaaak…..!!!” Sahut mereka serempak.
“ Bagaimana dengan kegiatan kalian barusan, apakah menyenangkan ?”
“ Iya, paaaak…!!!”
“ Karena kalian sudah mengunjungi toko buku bapak, maka sebagai hadiah, bapak akan memberikan majalah anak-anak pada kalian.”
“ Horeee…..!!!”
Mereka berbaris dengan tertib. Satu persatu mereka menerima hadiah itu sambil bersalaman dan pamit untuk pulang. Namun ketika mereka hendak pulang, mereka dikejutkan oleh suara jeritan, yang ternyata adalah Wawan. Ternyata Wawan telah dipukuli oleh pengamen jalanan. Ia disangka mencuri uang milik pengamen itu. Wajahnya babak belur. Wawan pun segera dibawa ke rumah sakit Kariadi. Wajah Wawan dipenuhi dengan balutan putih. Teman-temannya merasa kasihan padanya.
“Makanya kalau ada orang yang susah, ditolongin. “Kata Sara polos.
“Iya, kamu sih nggak mau nolongin orang susah. Makanya Alloh membalasmu.” Timpal yang lainya
“Kamu jangan suka buruk sangka dulu.” Kata Jazim.. Bu guru Alifah merasa senang anak-anak didiknya masih memperhatikan nasehat-nasehatnya.
Wawan menangis sesenggukan. Ia malu pada teman-temannya. Wawan akhirnya menyesalai perbuatanya. Ia berjanji pada teman-temannya dan pada dirinya sendiri untuk menjadi anak yang baik dan tidak buruk sangka lagi pada setiap orang.

Tidak ada komentar: