Minggu, 23 September 2007

Jankiss

Oleh: Rosyidah Purwo

Di tengah hingar-bingarnya musik pop atau modern, keberadaan musik tradisional semakin menghilang alias mati. Sangat jarang masyarakat yang mau untuk mempertahankan atau melestarikan musik tradisional. Namun tidak untuk di Banyumas.

Banyumas, sebagai salah satu kabupaten di Jawa Tengah masih memiliki komunitas paguyuban seni kentongan Jankiss. Dengan keterbatasannya paguyuban ini berusaha untuk mempertahankan jenis musik tradisional yang sekarang sudah sangat jarang dilirik oleh masyarakat kebanyakan.

Jankiss merupakan jenis musik tradisional yang muncul baru-baru ini di daerah Banyumas. Berawal dari keprihatinan seorang warga Banyumas bernama
Yiyiet, terhadap para pemuda di sekitar rumahnya yang tidak memiliki pekerjaan tetap, yang hobinya hanya bermain gitar dan nongkrong di warung tanpa tujuan hidup yang tak pasti, muncullah musik tradisional ini.

Para pemuda tersebut dikumpulkan untuk lebih dioptimalkan naluri berkesenian dan berkreasi sebatas kemampuan mereka. Maka terbetiklah ide membuat paguyuban seni kentongan yang tidak terlalu memerlukan modal besar.

Untuk memainkan Jankiss tidak dibutuhkan keterampilan yang khusus. Mereka cukup diberi bekal ketrampilan memukul kentongan dan pelatihan pernafasan. Sebab modal utama kesenian ini adalah nafas.

Kentongan ini dipukul beraturan sehingga memunculkan nada-nada indah untuk mengiringi lagu-lagu jawa atau pun lagu-lagu Indonesia modern. Dalam memainkan musik ini, dibutuhkan minimal 10 orang pemain. Semakin banyak pemain akan semakin baik, sebab dapat memengaruhi bagus tidaknya bunyi perpaduan kentongan yang dihasilkan.

Dalam memainkan musik ini biasanya dipimpin oleh seorang dirigen. Sambil menari dengan gerakan-gerakan lincah, dirigen mengatur irama, dan gerakan. Semua personil tidak melulu memainkan alat musik saja, namun sambil memainkan musik mereka sambil menyanyi dan berjoget.

Mengingat personilnya adalah mereka yang tidak memiliki uang yang cukup, maka untuk mencari modal untuk pengembangan keberadaan musik Jankiss, personil Jankiss sering mengamen di tempat-tempat umum. Kemudian uang dari hasil mengamen itu dipergunakan untuk membeli seragam dan memperbaiki alat kentongan yang sudah tidak layak pakai.

Kegigihan dan rasa optimis dijadikan modal dasar ditengah keterbatasan modal finansial yang mereka miliki. Sampai sekarang, kesenian ini masih bertahan. Berkat kegigihan dan keuletan mereka, keberadaan musik ini semakin melambung.

Sudah sering musik tradisional ini mengisi acara-acara resmi, seperti pernikahan, khitanan. Bahkan peringatan hari besar agama. Bebrapa kali mereka diundang untuk mengisi acara di hotel-hotel yang ada di Banyumas. Beberapa kali Jankiss juga menjuarai lomba kentongan se Banyumas.

Pantas untuk diacungi jempol cara mereka untuk lebih bisa menghasilkan dan mempertahankan karya seni tradisional yang dipadu asrikan dengan lagu-lagu jaman di tengah derasnya arus bentuk kesenian dari barat yang menghantam jiwa kita sekarang.

Tidak ada komentar: