Minggu, 23 September 2007

Mendulang “Minyak” di Banyumas

Oleh: Rosyidah Purwo

Kretivitas muncul manakala kesulitan menghadang. Ketika harga Bahan Bakar Minyak (BBM) harus naik, dan cepat atau lambat akan terjadi kelangkaan, kembali minyak dari pohon jarak pagar (jatropha) dibicarakan, karena bisa dijadikan minyak biodiesel.

Terjadinya krisis energi, khususnya BBM yang diinduksi oleh meningkatnya harga BBM dunia telah membuat Indonesia perlu mencari sumber-sumber bahan bakar alternatif yang mungkin dikembangkan di Indonesia.

Banyumas sebagai bagian dari wilayah Indonesia, memiliki sumberdaya alam yang sangat potensial. Usaha pertanian merupakan usaha yang sangat potensial saat ini untuk dikembangkan di Banyumas. Karena Banyumas memiliki potensi sumber daya lahan, iklim yang baik dan sumber daya manusia yang memadai.

Kondisi iklim tropis dengan curah hujan yang cukup, ketersediaan lahan yang masih luas, mendukung kelayakan pengembangan usaha agribisnis. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah pengembangan produksi bahan bakar minyak dari jarak pagar.
Jarak pagar (Jatropha curcas) merupakan salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai sumber bahan bakar. Selama ini tanaman jarak pagar hanya ditanam sebagai pagar dan tidak diusahakan secara khusus.

Secara agronomis, tanaman jarak pagar ini dapat beradaptasi dengan lahan maupun agroklimat di Banyumas bahkan tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada kondisi kering (curah hujan < 500 mm per tahun) maupun pada lahan dengan kesuburan rendah (lahan marjinal dan lahan kritis).

Luas lahan kritis di Banyumas sekitar 3.775,12 ha, dengan pemanfaatan yang belum optimal atau bahkan cenderung ditelantarkan. Dengan memperhatikan potensi tanaman jarak yang mudah tumbuh, dapat dikembangkan sebagai sumber bahan penghasil minyak bakar alternatif pada lahan kritis dapat memberikan harapan baru pengembangan agribisnis di daerah Banyumas.

Lahan Ideal
Tanaman jarak sebagai tanaman yang cukup bandel, dalam arti mudah beradaptasi terhadap lingkungan tumbuhnya, menghendaki lingkungan tumbuh yang optimal bagi pertumbuhannya, yaitu dalam ketinggian 0-2000 m dpl, dengan suhu berkisar antara 18o C - 30o C.
Pada daerah dengan suhu rendah (<> 35o C) menyebabkan gugur daun dan bunga, buah kering, sehingga produksi menurun. Curah hujan antara 300 mm - 1200 mm per tahun.

Ketinggian wilayah di kabupaten Banyumas sebagian besar berada pada kisaran 25-100 M dpl yaitu seluas 42.310,3 Ha dan 100-500 M dpl yaitu seluas 40.385,3 Ha. Iklim Tropis basah dengan rata-rata suhu

udara rata-rata 26,3o C. Suhu minimum sekitar 24,4o C dan suhu maksimum sekitar 30,9o C.
Dengan melihat topografi iklim dan tingkat ketinggian, Banyumas merupakan wilayah dengan lahan ideal untuk dijadikan sebagai areal produksi tanaman jarak pagar. Untuk mendapatkan hasil yang baik alangkah baiknya apabila penanaman dilakukan pada awal atau selama musim penghujan sehingga kebutuhan air bagi tanaman cukup tersedia.
Butuh waktu satu tahun untuk mendapatkan hasil yang baik bagi tanaman jarak pagar.

”Ladang Emas”
Diperkirakan dengan lahan seluas 20 ha dapat ditanami jarak sebanyak 50 ribu pohon jarak. Dalam setiap pohonnya dapat diperoleh sebanyak 3.5-4.5 kg biji / pohon / tahun. Dalam setiap 1 kg buah jarak dapat menghasilkan minyak sebanyak 1 liter dengan harga tiap liternya Rp. 1.300, 00.

Dengan luas lahan yang dimiliki, Banyumas dapat menghasilkan buah jarak sebanyak kurang lebih 32.088.520 kg / tahun. Apabila dalam setahun dapat menghasilkan buah jarak sebanyak itu, berapa liter minyak biodisel yang dapat dihasilkan? Berapa pula income yang dapat masuk? Luar biasa banyaknya.

Dalam sebuah catatan dilaporkan bahwa kebutuhan solar Indonesia saat ini 460.000 barel per hari ditambah kebutuhan solar untuk rakyat miskin 20%, sebesar 92.000 barel/hari atau 14,6 juta liter per hari. Apabila Banyumas mampu menyuplai seperempat saja dari kebutuhan solar yang ada di Indonesia, banyak sekali uang yang dapat masuk dalam kas daearah.

Jika usaha ini menjadi gerakan nasional, maka bukan mustahil petani Banyumas menjadi penghasil minyak biodiesel. Produknya jelas laku keras, bahkan melebihi komoditas lain, seperti cengkih, tembakau, atau tanaman pangan.

Keuntungan lain yang dapat diperoleh pada budidaya tanaman jarak di antara lain (1) menunjang usaha konservasi; lahan, (2) memberikan kesempatan kerja sehingga berimplikasi meingkatkan penghasilan kepada petani dan (3) memberikan solusi pengadaan minyak bakar (biodisel).

Kendala
Untuk mewujudkannya bukanlah hal yang mudah. Tentunya ada kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi. Belum tentu petani Banyumas memiliki greget untuk baralih pada pertanian jarak. Keadaan hidup yang dianggap sudah cukup aman dengan hasil berasnya, menjadi salah satu kendalanya.

Kendala lain juga karena kebanyakan petani di daerah Banyumas adalah petani padi dengan pola pikir yang sederhana. Belum tentu mereka menerima baik ketika program ini dikembangkan.

Petani di Banyumas juga belum memiliki peralatan dan modal yang cukup untuk mengembangkan produksi tanaman jarak pagar ini. Diperkirakan untuk membuatnya bisa dilakukan oleh industri rumah tangga dengan peralatan sederahana seharga Rp 50 juta. Peralatan itu bisa menghasilkan 100 liter per hari. Dengan dukungan 20 ha lahan yang ditanami.

Walaupun tergolong sederhana, harga 50 juta bukanlah kecil bagi petani di Banyumas.

Campur Tangan Pemerintah
Mengingat betapa prospek minyak jarak kedepan benar-benar bagus, tentunya pemerintah Banyumas harus berpikir lebih jauh agar dapat ”menangkap” peluang emas ini.
Pemerintah Banyumas jangan berdiam diri. Melihat kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pemerintah harus urun rembug agar suatu ketika produksi minyak jarak dapat berkembang di Banyumas.

Melakukan penyuluhan terhadap masyarakat Banyumas kusunya masyarakat petani. Memberi dorongan kepada para pengusaha-pengusaha besar atau penanam modal di daerah Banyumas agar mereka memiliki greget memberikan bantuan modal. Dan pengadaan bibit unggul tanaman jarak pagar sebelum pelaksanaan program

Akan sangat menguntungkan apabila pemerintah Banyumas, dalam jangka penjang merencanakan produksi minyak jarak pagar.

Tidak ada komentar: