Minggu, 23 September 2007

Istighosah

Oleh: Rosyidah Purwo

Istighosah, merupakan sesuatu yang asing bagi orang kebanyakan. Istighosah pada awalnya berkembang pada masyarakat santri. Lambat laun istighosah merambah pada masyarakat umum, khususnya yang berlatar belakang NU (Nahdlatul Ulama).

Istighosah merupakan sebuah ritual orang muslim. Yaitu berdoa bersama-sama orang banyak dalam suatu tempat yang luas, biasanya lapangan atau masjid besar. Tujuannya adalah meminta pertolongan kepada tuhan agar diberi keselamatan dan kebaikan dalam hidup.

Istighosah biasanya dipimpin oleh seorang ulama, kiai, atau orang yang dianggap masih memiliki keturunan dengan nabi Muhammad saw. Atau biasa disebut dengan istilah habib atau habaib. Mereka akan membacakan doa-doa yang panjang dan lama.

Peserta yang hadir dalam kegiatan itu biasanya menggunakan atribut pakaian warna putih-putih dengan mengenakan jilbab/penutup kepala. Dalam proses pelaksanaannya, peserta diharapakan untuk khusu dalam mendengarkan doa-doa yang dibacakan itu. Tidak jarang peserta yang mengikutinya menitikkan air mata.

Konon ceritanya, dengan istihgosah seseorang dapat merasa lebih dekat kepada tuhan. Hati menjadi merasa lebih tentram, nyaman, dan damai. Beban hidup seolah-olah hilang, perasaan was-was dan khawatir juga dapat hilang. Inti dari istighosah adalah mendekatkan diri kepada tuhan.

Dalam kurun waktu terkhir ini, istighosah menjadi sebuah trend baru dalam dunia pendidikan, khususnya sekolah menengah yang berbasis agama (baca: madrasah aliyah). Dengan proses yang sama, beberapa sekolah mengadakan istighosah bersama-sama siswa dan guru, ada juga yang mengundang orang tua wali murid. Dengan harapan akan mendapat pertolongan dari tuhan.

Fenomena ini muncul terkait dengan sistem ujian nasional yang dianggap memberikan banyak kesulitan bagi siswa ataupun orang tua siswa. Sistem penilaian yang menyulitkan bagi siswa membuat sebagian besar guru, siswa dan orang tua siswa merasa was-was, khawatir, cemas dan takut, kalau-kalau tidak dapat lulus sekolah.

Memang benar, sistem ujian yang menyulitkan telah banyak membawa efek buruk bagi kondisi kejiwaan siswa. Bisa dilihat berapa banyak siswa yang stres bahkan ada yang bunuh diri akibat sistem ujian nasional 2006 kemarin.

Bertolak dari masalah tersebut, barangkali sekolah-sekolah yang telah berani mengadakan kegiatan istighosah, memiliki harapan yang besar kepada tuhan agar diberi kemudahan dalam menghadapai ujian, atau setidaknya diberi ketenangan.

Memang belum ada sebuah data yang mengungkapkan mengenai efektifitas atau manfaat istighosah terhadap nilai ujian. Namun, barangkali istighosah dapat memberi efek positif terhadap kondisi kejiwaan siswa. Jika memang demikian, perlu juga tradisi ini terus dikembangkan. Mengapa tidak?

Tidak ada komentar: