Minggu, 23 September 2007

MENGENAL PESANTREN LEWAT SASTRA


Oleh: Rosyidah Purwo

Judul Buku : Santri Lelana
Penulis : Didik Komaidi
Penerbit : P_IDEA
Cetakan Pertama : 2006
Tebal Buku : xxxiv + 144 halaman

Pesantren adalah dunia tersendiri. Ia mempunyai warna dan kekhasannya. Pesantren adalah sub kultur di antara kultur-kultur yang lain. Ia merupakan kultur ideal dari kehidupan keislaman masyarakat pada umumnya.

Karena di pesantrenlah nilai-nilai ajaran Islam senantiasa dilaksanakan dengan ikhlas dan istikomah. Di samping itu, di pesantrenlah banyak hal dan kajian yang muncul. Mulai dari kajian islam, budaya, tasawuf, pendidikan, dan sejenisnya, termasuk sastra.

Di mata orang banyak, kehidupan pesantren identik dengan sesuatu yang kuno, kotor, miskin, dan semrawut. Namun, jika ditilik lebih jauh bagaimana kehidupan dalam pesantren yang sebenarnya, sungguh akan ditemukan suatu realitas kehidupan yang menakjubkan. Pesantren memiliki liku dan seluk beluk tersendiri. Unik, dan mengagumkan.

Kehidupan pesantren telah lama muncul di dalam masyarakat kita. Sejak masa pemerintah kolonial Belanda menjajah Indonesia, pesantren telah ada. Ada yang mengatakan bahwa pesantren merupakan pelopor pendidikan di Indonesia sebelum munculnya lembaga pendidikan resmi pemerintah (SD, SMP, SMA dan PT).

Pendidikan yang diperkenalkan dalam pesantren sangatlah berbeda dengan pendidikan yang di terima melalui instansi resmi pemerintah. Sebagai lembaga pendidikan non formal, pesantren banyak mengajarkan mengenai pendidikan kemasyarakatan. Adalah, bagaimana santri diajarkan untuk dapat hidup mandiri melalui kreatifitas mereka yang tak dibatasi dengan tetap ada kontrol pengasuh atau kiyai.

Dalam dunia pesantren tidak melulu diajarkan baca tulis dan penguasaan ilmu pengetahuan. Penguasaan dan ketrampilan dalam mengolah kecerdasan Spiritual, dan Emosional juga diajarkan. Kepandaian seorang santri tidak dinilai dari IQ semata, namun SQ, dan EQ, ikut diperhitungkan.

Namun sayangnya, dunia pesantren yang demikian hebatnya jarang dikenal oleh masyarakat umum (awam). Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui secara sekilas saja informasi mengenai pesantren. . Hal ini barangkali yang membuat pesantren menjadi terpinggirkan. Butuh sebuah usaha untuk mengenalkan pada masyarakat akan kehidupan pesantren, namun tentunya tidak mudah.

Surat kabar dan majalah sebagai salah satu media informasi telah banyak yang mengulas mengenai profil-profil kehidupan pesantren, namun karena budaya baca masyarakat yang rendah, menjadikan dunia pesantren tetap saja menjadi hal yang asing dan aneh bagi mereka.

Seorang penulis berbakat yang memiliki back ground pendidikan pesantren, Didik Komaidi, berusaha mengenalkan dunia pesantren melalui bakat menulisnya. Santri Lelana, sebagai karya ciptanya yang merupakan kumpulan dari cerpen-cerpennya, menceritakan mengnai lika-liku kehidupan santri yang belajar di dunia pesantren.

Salah satu cerpennya bercerita mengenai kehidupan seorang santri yang berkelana ke berbagai tempat untuk menimba ilmu. Namun karena sang santri memiliki kekurangan kecerdasan dalam berpikir dan menerima ilmu, ia tak kunjung dapat menguasai ilmu yang telah dipelajarinya. Namun berkat ketekunan dan mental bajanya, sang santri akhirnya dapat menjadi seorang ulama masyhur. Bagaimana lika-liku sang santri dalam menimba ilmu di dunia pesantren sampai ia menjadi ulama masyhur/terkenal? Baca saja dalam Santri Lelana.

Dengan gaya bahasanya yang sederhana, membuat buku ini enak dan mudah untuk dibaca. Kumpulan cerita ini akan banyak mengenalkan kepada publik tentang pesantren. Selamat membaca.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

thx artikelnya.
Aku jdi gak perlu buat resensi, untuk tugas sekolah.
;p