Oleh: Rosyidah Purwo
Pagi hari itu, aku bersama teman-teman bersenda gurau sambil memerhatikan lalu lalang anak-anak kecil yang riang berangkat sekolah.
Seorang ibu tua dengan seorang gadis berjalan bersama. Gadis itu berjalan sambil menggandeng ibu tua. Sambil menampakkan mimik muka…..entahlah (bahagiakah, senangkah¬, bencikah, atau marahkah?) Aku tidak tahu. Gadis itu berjalan sedikit tergesa.
Aku melihatnya seksama. Aku tahu siapa dia. Aku pernah melihatnya. Di sebuah tempat yang biasa ia kunjungi. Aku mengenalnya. Ia gadis berumur tiga puluh satu tahun.
Setelahnya aku abai dengannya. Sebab sepertinya tidak ada lagi yang mesti aku perhatikan tentangnya. Aku-pun menyibukkan diri dengan teman-teman untuk jagongan pagi.
“Hi.” Aku menyapa seorang teman. Aku bercanda dan bergurau seperti biasa. Lalu lalang anak-anak kecil menghalangi andanganku dari orang-orang yang berjalan di depanku. Tatap mataku menangkap sebuah baju unik. Biru cerah dan berukuran panjang se mata kaki.
Aku memerhatikan orang itu. Lagi-lagi gadis berumur tiga puluh satu tahun. Sedikit kaget melihatnya. Menurut pendapatku, tak biasanya ia mengenakan kostum semacam itu. Pikiranmacam-macam langsung aku hapus baik-baik dalam benakku. Aku melempar senyum padanya. Jabatan tangannya luar biasa. Ganas!
Dasar orang rese, aku melirik teman duduk sebelahku. Gadis berumur tiga puluh satu tahun berlalu begitu saja sambil menggandeng tangan tua ibu tua itu.
Pagi hari yang cerah itu menjadi catatan muram untuk gadis berumur tiga puluh satu tahun. Pertemuan dengannya yang tak disangka dan tek diduga telah menoreh luka dalam di hatinya.
Purwokerto, 290310
Tidak ada komentar:
Posting Komentar