Kamis, 16 Juli 2009

Tembang Jawa ada di PAUD

Lha kae pak guru…
Rawuh ngasta buku
Karo mesem ngguyu, tanda tresna karo aku.
Pak guru sing gagah
Mulang bocah-bocah
Sing sregep sekolah tahun ngarep mesti munggah

Bait tulisan di atas bukanlah lagu macapat, bukan pangkur, bukan pula dandang gula. Tembang di atas adalah sebuah lagu anak daerah. Pada tahun 80-an, lagu ini masih kerap didendangkan di sekolah-sekolah dasar, di daerah Banyumas, terutama sekolah dasar yang ada dipedesaan. Lagu-lagu ini diajarkan saat anak-anak masih berada di lefel satu sampai tiga.

Syairnya sangat sederhana, namun bila dicermati, lagu ini mengandung nasihat yang luar biasa. Bertutur menenai nasehat orang tua kepada anaknya bahwa siapa yang rajin belajar pasti dapat naik kelas.

Sebagai individu yang pernah mengenyam pendidikan sekolah dasar selama enam tahun, saya mendapatkan materi lagu ini di kelas tiga. Di usianya yang sudah renta, guru saya mengajarkan dengan baik. Berkali-kali guru saya menyanyikannya, sampai akhirnya saya dan teman-teman dapat menghafal.

Setiap hari Sabtu, lagu ini dinyanyikan bersama-sama di kelas. Saat saya mengalami kesulitan menghafal, saya meminta kepada orang tua untuk mengajarkannya. Dengan bimbingan tambahan ini, dalam waktu dua hari, saya sudah mampu menghafalnya.

Dalam sebuah pembelajaran home schooling bahasa Inggris di rumah prestasi “Rumah Keong”, yang terletak di salah satu daerah di Banyumas, lagu ini digubah menjadi lagu berbahasa inggris dengan syairnya menunjukkan anggota tubuh. Tujuannya adalah agar anak-anak peserta home schooling lebih mudah menghafal anggota badan, tanpa harus dipusingkan dengan hafalan teks biasa.

Hasilnya memang luar biasa. Dengan cepat anak-anak mampu menghafal bagian tubuh yang jarang diucapkan. Seperti, siku, kening, pusar, tenggorokan, tengkuk, kuku, jari tengah, telunjuk, ibu jari, jari manis, jari kelingking, pantat, paha dan lain-lain.
Terlepas dari masalah materi menggubah lagu. Saat anak-anak ditanya, "pernah mendengar lagu ini ?" (sambil saya menyebutkan judul lagu serta lirik lagunya), serentak anak-anak menjawab, “tidak”. Tidak ada satu pun yang menjawab pernah.
Sungguh memprihatinkan! Jika anak-anak sekarang tidak mengetahui lagu-lagu tradisional masa lalu, bisa dipastikan, lambat laun lagu-lagu tradisional akan menghilang dari masyarakat. Tak ubahnya seperti dolanan anak yang semakin ditinggalkan oleh masyarakat.

Memang tidak bisa disalahkan, arus globalisasi menuntut semua orang harus berubah secara cepat, bergerak cepat, dan berpikir cepat, praktis, dan solutif. Jika tidak, maka akan tertinggal bahkan bisa jadi tidak diterima dalam kelompok masyarakat.
Barangkali hal inilah yang membentuk watak manusia sekarang semakin meninggalkan hal-hal yang dianggap kurang ngetrend, atau dengan kata lain, kuno. Sebab ada anggapan, yang kuno tidak memberi solusi, lamban, dan terkesan bertele-tele. Salah satunya adalah lagu-lagu tradisional daerah. Meskipun dalam lagu-lagu daerah terkandung nilai-nilai pendidikan.

Terkait dengan masalah PAUD yang akhir-akhir ini sedang marak dibicarakan, sepertinya tidak ada salahnya apabila kurikulum PAUD, di dalamnya disispkan materi lagu-lagu anak daerah. Meskipun dalam kurikulumnya, barang kali tidak ada materi lagu daerah, tidak ada salahnya apabila dari pihak pengajar sekali waktu menyisipkan lagu-lagu daerah.

Tujuannya, selain mengenalkan lebih dini nilai-nilai luhur tradisional, juga dapat menjadi antisipasi dini menghilangnya lagu tradisional (baca; tembang jawa) di masyarakat.

Permasalahnnya, mampukah PAUD melakukan yang demikian? Mengingat belum tentu semua pengajar di PAUD menguasai lagu-lagu tradisional. Bukan berarti mengabaikan kemampuan mereka, akan tetapi apakah mereka memiliki pengetahuan cukup terkait dengan materi budaya lokal seperti lagu-lagu daerah?

Ini menjadi PR bersama. Diharapkan tenaga pengajar PAUD di luar TPA/Q, memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya nilai-nilai budaya masa lalu, sehingga dengan senang hati mengajarkan dan mengenalkannya.

Tidak ada komentar: