Kamis, 16 Juli 2009

Kentongan, Kreatifitas Baru Mencari Rejeki

Kretivitas muncul manakala kesulitan menghadang. Minimnya jumlah lapangan kerja, menimbulkan banyaknya pengagguran.

Ironisnya, jumlah pengangguran yang ada, tidak hanya dari kalangan orang-orang usia senja, namun dari usia muda juga tak kalah banyaknya.

Sebagai daerah agraris, Banyumas memiliki banyak sekali pengangguran. Dikatakan oleh bupati Banyumas, bahwa jumlah pengangguran di Banyumas sudah mencapai 400 ribu jiwa.

Tentunya dengan jumlah pengangguran sebanyak ini, dapat menimbulkan dampak buruk bagi pemkab Banyumas. Bisa jadi angka kemiskinan dan kriminalitas meningkat. Sebab ini selalu berbanding lurus dengan jumlah pengangguran.

Melalui kreatifitas sekelompok pemuda di Banyumas, musik kentongan, dapat menjadi alternatif pengurangan angka pengangguran.

Musik Unik yang Menjadi Teman Ronda
Kesenian musik kentongan merupakan musik khas masyarakat Banyumas, Jawa Tengah. Musik ini dimainkan oleh 10 hingga 20 orang, dengan dipimpin seorang atau dua orang mayoret. Biasanya pertunjukkan musik ini dilakukan di tempat-tempat wisata, festival daerah Banyumasan dan juga pada acara-acara daerah.

Awal terbentuknya musik kentongan ini pada mulanya adalah dari ide beberapa orang yang menjaga malam (ronda) di suatu daerah Banyumas. Mereka biasanya membawa alat dari bambu untuk dibunyikan sebagai tanda penjagaan dan juga menunjukkan waktu.

Dalam pergelaran musik kentongan, biasanya disertakan alat yang menyerupai gitar. Namun suaranya bukan dihasilkan dari petikan senar, namun dari bambu yang digesek. Juga ditambah dengan angklung, samba, dan bas yang terbuat dari drum plastik yang dilapisi karet ban mobil.

Kemudian alat ini dibunyikan beraturan sehingga menimbulkan suara yang merdu, lalu mereka memainkan kentongan ini meniru lagu-lagu daerah Banyumasan dan juga musik lagu jaman sekarang.

Pada dasarnya ini untuk menghilangkan kejenuhan saat ronda, kemudian berkembang menjadi alat musik khas Banyumas. Kesenian kentongan ini dapat mengiringi semua jenis lagu, namun lebih pas lagi bila mengiringi lagu-lagu daerah atau lagu yang religius.


Musik Serba Guna
Musik kentongan tergolong musik yang sangat unik, sebab musik ini dapat digunakan dalam acara resmi maupun non resmi. Tak kalah hebatnya dengan musik-musik pop modern.

Kesenian ini dapat disewa, apabila menginginkannya. Misalkan pada acara pernikahan, khitanan, atau hanya ingin sekadar tahu saja. Kesenian ini cukup terkenal juga di wilayang Jawa Tengah, terbukti setiap festival kesenian kentongan di Banyumas pesertanya bukan hanya dari daerah Banyumas saja tetapi ada juga dari luar Banyumas.

Dalam sosialisasi pemilihan Gubernur Jawa Tengah, di kabupaten Banyumas diselenggarakan dengan menampilkan kesenian kentongan dengan berkeliling pasar dan pusat-pusat keramaian.

Dalam kesempatan lain, musik kentongan juga pernah menyambut atlet Banyumas dalam Porda Jateng 2005, yang keluar sebagai juara umum.

Tampil Nyrntrik
Saat tampil di depan public, dalam acara perlombaan atau pertunjukkan, grup kentongan ini akan tampil dengan nyentrik dengan dandanan dan pakaian seragam yang nentrik pula.

Ratusan kelompok kentongan telah ada di Banyumas. Dalam sebuah artikel on line disebutkan terdapat 300 kelompok musik kentongan.

Sarana Mengais Rejeki
Kentongan sudah bisa dijadikan sebagai saran mengais rejeki yang dikelola dengan kegiatan ngamen.

Pengamen bukan peminta-minta. Mereka adalah penjual suara, sama halnya dengan artis atau grup band yang menjual suaranya. Bedanya, pengamen tempatnya di pinggiran jalan, di bus-bus, di terminal, dan tempat-tempat keraiaman.

Grup band memiliki tempat khusus, di panggung-panggung hiburan, di karaoke, dan tempat-temapat yang lebih layak lainnya. Mereka sama-sama mendapat uang setelah “aksi” nyanyinya selesai.

Grup Mahatidana Budaya, salah satu dari sekian banyak brup kentongan yang sudah mampu menikmati hasil dari trampilan yang mereka miliki.

Dari hasil ngamen, mereka mamapu membuka berbagai unit usaha, yang terkadang tidak beralian dengan seni kentongan. Ini adalah asset besar bagi pemerintah Banyumas. Setidaknya mereka dapat meringankan beban pemkab Banumas dalam penyediaan lapangan kerja.
Jika dilakukan dengan serius, bukan tak mungkin lagi grup musik ini dapat membuka lapangan kerja. Membuka bengkel pelatihan untuk masyarakat di luar Banyumas yang berminat belajar musik kentongan.

Seperti yang dilakukan oleh grup musik kentongan Mahatidana. Dari keseriusan yang mereka lakukan, mereka mampu mengumpulkan uang lebih dari 20 juta rupiah.

Dari hasil tersebut, mereka sudah memiliki unit usaha seperti keterampilan menjahit, pembuatan paving blok. Dari berbagai hasil unit usaha ini, kelompok ini dapat mengaryakan anggotanya yang semula menganggur.

Jika main di dalam kota, sekali main mereka mamapu memeroleh pemasukan minimal 1.5 juta rupiah. Di wilayah pinggiran Banyumas sekitar 2.5 juta rupiah, sedangkan di luar Banyumas sampai 3 juta rupiah.

Bagi masyarakat yang menghendaki hiburan menarik tapi dananya sedikit, dapat juga menyaksiskan perunjukkan musik ini. Sebab dengan hanya memberi seribu rupiah, dapat menikmati musik ini selama kurang lebih 15 menit.

Tentunya, jika pertunjukkan musik ini eksis dan makin berkembang, pedagang bambu akan mengalami permintaan tinggi. Dengan begitu, masyarakat akan meproduksi bamboo yang cukup guna memenuhi kebutuhan pasar. Maka terbukalah sebuah peluang usaha baru yang tentunta mamapu menyerap tenaga kerja baru.

Segala sesuatau yang ada di masyarakat sifatnya tidak pernah langgeng. Tentunya keberadaan music ini suatu saat akan mengalami kemunduran. Mengingat music ini bukan jenis music pop modern yang banyak disukai oleh kalangan anak muda sekarang.

Barangkali musik ini dapat dijadikan dalam satu paket wisata BATURADEN apabila menghendaki keberadaannya tetap eksis, seperti halnya kuda lumping, dan lengger yang sampai sekarang masih tetap ekis di Banyumas meskipun usianya sudah sangat tua.

Alternatifnya lainnya adalah, pengelola harus pintar-pintar memberikan sentuhan lebih pada jenis musik ini agar masyarakat tetap melirik pada musik ini. Misalnya dengan memasukkan alat musik modern ke dalamnya namun tidak mnghilangkan jenis musik aslinya.

Untuk menghindari adanya hal demikain, barangkali pemerintah ahrus memberikan perhatian khusus terhadap keberadaan musik ini. Jangan sampai, karena kurang perhatian, kemudian musik ini hilang di tengah masyarakat.

Tidak ada komentar: