Kamis, 10 Februari 2011

PUSBUK Ganti Nama

Oleh: Rosyidah Purwo*)

Dalam rangka ikut meramaikan kegiatan tahunan yang diadakan oleh PUSBUK (Pusat Perbukuan) Kementrian Pendidikan Nasional saya iseng-iseng membuat sebuah tulisan. Tak terasa tulisan itu terkumpul menjadi 94 halaman. Dari jumlah tersebut saya beri judul, lalu saya print out lalu saya jilid.

Jumat 28 Januari 2011, pukul 10.00 wib, dengan meminjam sepeda milik teman, saya pergi ke sebuah tempat Foto Copy yang terletak di Jalan Masjid. Namanya adalah Angkasa. Tidak tahu mengapa dinamai Angkasa, barangkali ini seperti sebuah doa agar tempat foto copy tersebut bisa sukses sampai ke angkasa.

Saya kayuh sepeda dengan kecepatan penuh. Nafas megap-megap karenanya. Dalam lima menit sampai di sana. Saya serahkan naskah yang masih dalam bentuk print out dan belum dijilid kepada seorang bapak yang memiliki banyak senyum dan nada bicara yang kurang jelas.

“Pak, ini di-copy. Terus yang ini dijilid,” saya tunjukkan naskah asli supaya dijilid.
“Tapi nanti ya, Mbak, yang tukang njilid mau sholat Jumat dulu”. Saya menyanggupinya dengan berkata, “baiklah, Pak”.
“Pukul berapa bisa saya ambil?”
“Jam dua-an sudah bisa”.
“Baiklah”. Waktu menunjukkan pukul 14.30 wib, saya kembali ke kos untuk mengambil sepeda. Dengan kayuhan yang ekstra cepat saya menuju ke tempat foto copy-an. Seorang laki-laki muda tengah sibuk melayani orang-orang yang memiliki hajat yang sama dengan saya, foto copy, jilid. Bapak pemilik senyum dan suara tidak jelas tidak tampak di sana. Muncul seorang bapak bermata juling tapi tidak juling-juling amat.
“Pak, mau ambil jilidan” kataku.

Bapak pemilik mata juling tapi tidak juling-juling amat mengambil sebuah tas kresek hitam agak besar. Ia menyodorkannya kepada saya. Saya cek isi di dalamnya barangkali saja salah. Busyet! Jilidannya salah!

“Pak, kok yang dijilid ini?” tanyaku pada bapak pemilik mata juling tapi tidak juling-juling amat sambil menunjukkan berkas naskah yang difoto copy.
“Tadi, Mbak-e sudah bilang ke Bapak-nya?”
“Sudah, Pak. Saya bilang yang asli yang dijilid,” kata saya agak sengit. Saya dikejar waktu, sebentar lagi harus mengikuti program sekolah yang bersifat wajib. Tempatnya kurang lebih 3 km dari rumah kos saya, padahal harus saya tempuh dengan sepeda ontel. Satu-satunya kendaraan praktis yang saya miliki saat ini ya sepeda ontel itu.
“Oh, semprul itu orang,” kata bapak pemilik mata juling tapi tidak juling-juling amat pada salah satu karyawan di sana.
“Terus ini bagaimana, Mbak?”
“Ya yang asli dijilid, Pak,” kataku semakin sengit.
“Nggak papa jilid dua kali?”
“Nggak papa, Pak,” semakin geregetan ini hati dibuatnya.

Waktu menunjukkan pukul 15.30 wib. Hujan turun dengan deras. Pukul 16.00 wib kegiatan wajib itu dimulai pukul 16.00 wib, tapi jika hari hujan dibolehkan telat 20 menit. Saya duduk termangu-mangu di depan rumah kos sambil menunggu hujan agak reda. Saya pegang berkas naskah lomba yang sebentar lagi akan masuk ke kantor pos.

Di dalam amplop tertulis alamat:
Kepada:
Yth. Panitia Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan Tahun 2011
Pusat Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional, Jalan Gunung Sahari Raya No. 4, Jakarta 10002

Dengan menggunakan lamat tersebut, saya kirimkan naskah tulisan yang sudah disusun rapi. Blung! Akhirnya pada tanggal 29 Januari 2011, naskah saya masukan ke kantor pos dengan menggunakan kilat khusus agar cepat sampai di sana.

Siang hari di hari Senin, 31 Januari 2011. Pukul 15.00 wib, saya pulang ke rumah kost. Tergeletak di atas meja setrika sebuah amplop coklat besar. Saya dekati amplop itu.
What??? Tulisan saya dikembalikan?!! Ada apa ini?!!! Begitu saya membatin begitu melihat stempel persegi empat dengan empat point pilihan di dalamnya:





Point yang ke-empat inilah yang diberi tanda centang di dalam kotaknya. Di bagian bawah kotak besar di bubuhi tulisan maha besar: BUBAR! Dengan tinta warna hitam.

Segera saya menghubungi kawan untuk melihat informasi lomba di internet, barangkali saja ada perubahan. Dua jam menunggu.
“Tidak ada perubahan apapun!” begitu kawan saya memberikan jawaban melalui pesan singkat SMS. Pasti ada yang tidak beres! Saya langsung menghubungi kawan di Jakarta yang kebetulan bekerja di perbukuan, barangkali saja tahu. Lama tidak ada jawaban.

Sebuah ide brilliant muncul! Saya SMS seorang yang baik hati yang saya kenal melalui tulisan-tulisannya di dunia maya, siapa lagi kalau bukan Om Jay. Saya SMS Om Jay dengan harapan ia dapat membantu. Saya diminta menghubungi langsung ke PUSBUK. Ah, mengapa tidak terpikirkan dari awal!
Tujuh hari berturut-turut saya hubungi PUSBUK. Tidak pernah ada yang mengangkat telepon. Hari terakhir, telepon saya diangkat oleh operator. Legaaa! Harapan untuk tetap mengikuti lomba masih ada.

Woro-woro! Woro-woro! Bagi siapa saja yang ingin ikut serta meramaikan lomba di PUSBUK, jangan lupa kirimkan karya anda ke:

Panitia Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan Tahun 2011
Pusat Perbukuan dan Kurikulum, Balitbang, DIKNAS
Jalan Gunung Sahari Raya No. 4, Jakarta 10002

Begitulah hasil ngobrol saya dengan pak Majid, orang yang memberikan keterangan mengenai PUSBUK yang telah ganti nama, melalui pesawat telepon pada Senin, 7 Februari 2011. Terimakasih, Pak.

Tidak ada komentar: