Senin, 01 November 2010

Miskin = Objek Penderita!


RESENSI BUKU
Judul Buku : Yang Miskin Dilarang Maling…!
Penulis : Salman Rusydie Anwar
Penerbit : Laksana
Cetakan Pertama : Juli 2010
Tebal Buku : 357 halaman
Harga : Rp 44.000,00

Oleh: Narsiti*)

Hidup miskin bukanlah sebuah pilihan. Siapapun orangnya tidak akan ada yang mau untuk memilih hidup menjadi orang miskin. Nasib, barangkali itulah jawaban satu-satunya yang tepat. Sebagai negara yang statusnya masih terus berkembang ini, Indonesia masih memiliki banyak sekali orang-orang dengan taraf penghasilan tidak sesuai dengan standar UMR atau dengan kata lain “MISKIN”.

Namun jika jawabannya nasib, rasa-rasanya juga kurang tepat. Sebab, Indonesia ini adalah negara dengan kekayaan alam terbesar di dunia sesudah Brazil. Sangat tidak logis jika masih terjadi kemiskinan di sana-sini.

Jika demikian, pasti ada yang salah dengan pengelolaan kekayaan alam kita ini. Dengan alasan seperti itu, rasanya tidak mungkin jika kemiskinan terjadi di sana-sini. Hal ini berarti memang ada yang salah dengan pengelolaan sumber daya yang dimiliki.

Salman Rusydie Anwar, dalam bukunya “Yang Miskin Dilarang Maling…!” berkisah tentang kehidupan seorang buruh tani yang menjadi korban ketidak adilan hukum beserta dengan kisah pilu kehidupannya. Sebagai tokoh uatama adalah Sukasman, diceritakan sebagai orang miskin dengan penghasilan tidak tetap. Ia harus menanggung beban hutang yang begitu banyak kepada tetangga-tetangganya.

Dalam himpitan hidup yang sudah begitu menyiksanya, ia harus dihadapkan pada sebuah tuduhuan yang teramat sangat kejam. Ia dituduh sebagai pencuri. Tuduhan ini yang menyebabkan dirinya harus meringkuk di sel penjara. Belum lagi ia masih harus menerima image negative dari tetangga-tetangganya.

Beban hidup belum usai, ia masih dihadapkan pada sebuah kenyataan hidup yang teramat pahit dan sebuah hukum yang tidak adil. Suniati, yang ditokohkan sebagai istrinya, divonis mengidap kangker otak.

Sebab keadaan yang serba sulit, ia terpaksa mencuri ayam milik pak Lurah. Atas pencurian ini ia didakwa dengan hukuman 15 tahun penjara. Sementara, Anas, yang digambarkan sebagai tokoh terkaya di kampungnya, dinyatakan bebas atas korupsi terang-terangan yang ia lakukan.

Salman Rusydie ingin menuturkan fakta di lapangan tentang kacaunya Membaca novel ini, seperti disuguhi sebuah potret hidup keadaan masyarakat kita. Orang miskin sepertinya hanya dijadikan sebagai objek penderita bagi orang-orang yang lebih berkuasa. Bahwa uang, dianggap sebagai kuasa atas sebuah kehidupan. Sangat menarik untuk dibaca.

Tidak ada komentar: