Jumat, 29 Oktober 2010

Ide itu Datang dari Sampul Buku

kisaOleh: Rosyidah Purwo

“Hi, pinjem bukunya dong!” begitu kata saya pada teman sebelah kamar. Buku itu adalah sebuah novel popular yang saya lupa judulnya. Di bagian sampulnya, tepatnya di sudut kanan atas ada sebuah tulisan tangan yang ditulis menggunakan bolpoint dengan tinta warna hitam, ‘Belajarlah pada embun yang tak mengutuk matahari meski telah menjadikannya tiada,” begitulah bunyi tulisan itu.

Kalimat itu membuat saya merenung semalaman. Saya berpikir tentang matahari, embun, rumput, angin, kabut, dan pagi hari. Bahkan saya sampai menggigil membayangkan dinginnya pagi hari dengan embun, kabut, dan angin, meskipun udara di kamar saya malam itu panas. Entah sadar atau tidak, saya berjalan menuju rental komputer milik pesantren di mana saya belajar ilmu agama dan bahasa arab.

Jam menunjukkan pukul 21.00wib. Saya nyalakan computer. Di sana ada beberapa teman-teman perempuan yang tengah berpusing ria membuat skripsi. “Tugas apa, Mbak?” tanya salah seorang teman. Karena saya bingung hendak menjawab apa, saya hanya nyengir. Sebab, jika saya menjawab tugas kampus, apa yang akan saya tulis tidak ada kaitannya sama sekali dengan tugas kuliah. Jika saya jawab dengan jawaban, ‘bukan tugas apa-apa,’ teman akan menganggap aneh. Terpaksa, senyum, saya ambil sebagai jawaban paling efektif, efesien.

Saya duduk di depan komputer. Lama saya tidak menulis apa-apa. “Ojo ngalamun, Mbak,” kata teman saya usil. “He he he, lagi mikir koh,” jawab saya bergurau. Tiba-tiba sebuah kalimat berjalan-jalan di benak saya. Saya tuliskan kalimat itu,

Pagi hari yang cerah, di kampung Silombe-lombe…(baca lengkap tulisannya di blog saya, www.rosyidahpurwo.blogspot.com dengan judul Belajar Pada Embun). Tulisan itu iseng-iseng saya kirim ke sebuah harian Yunior Suara Merdeka.

Suatu hari, sebuah kabar mengejutkan datang dari teman saya yang kebetulan aktif di BP2M, sebuah PKM yang mendedikasikan diri dalam bidang tulis-menulis di kampus. “Mbak, tulisannya dimuat!” Uang sebanyak Rp 97.500,00 saya terima dari redaksi.

Ah, tak kusangaka. Dari tulisan tangan biasa, berubah menjadi tulisan yang luar biasa! Ide itu datang dari sampul buku.

Purwokerto, 24 Oktober 2010
Sudut Jalan Pungkuran

Tidak ada komentar: