Banyak orang yang bingung ketika hendak memulai membuat sebuah tulisan. Bahkan ketika tangan sudah siap untuk memencet tuts keyboard, pikiran masih kosong. Tidak tahu harus menulis apa dan bagaimana.
Jika dalam durasi 10 menit ide tak kunjung ada, akan terlontar kata “sulit banget!” atau “bingung deh!” atau “mau nulis apaan niiiih!” atau “aahhhhhh!”
Bermula dari Ide
Ide merupakan modal tak terbatas. Namun, biasanya tak banyak orang percaya. Orang lebih percaya, modal adalah materi atau financial yang tersedia dan dimiliki. Bahkan nyaris semua orang percaya, modal adalah uang. Padahal, orang yang memiliki kekayaan sejati adalah orang yang memiliki ide. Sebaliknya, orang yang tak punya ide berarti termasuk dalam kelompok garis kemiskinan (KGK).
Oleh karena itu, seorang penulis harus memiliki ide dan mampu mengkongritisasi atau mewujudkan ide itu. Degan ide yang jelas, seorang penulis akan menghasikan tulisan yang jelas pula. Lain bila seorang yang menulis bingung karena tak memiliki ide, tulisannya pun akan membingungkan. Bahkan tak akan menghasikan tulisan satu kata pun.
Bagaimana Memeroleh Ide?
Harus cerdas, jenius, atau pinteeeer banget?
Jawabannya: TIDAK.
Terkadang, seorang yang biasa-biasa saja bisa memiliki ide brilliant. Selama ia mampu mengembangkan idenya, ia bisa menjadi penulis.
JK. Rowlling, adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Dia bukan orang yang jenius-jenius amat. Siapa yang menyangka ia dapat menulis sebuah karya yang spektakuler?
Idenya sungguh biasa-biasa saja. Namun ia mampu mengubahnya menjadi sebuah mahakarya yang luar biasa!!!
Ahmad Thohari, seorang penulis novel spektakuler “Ronggeng Dukuh Paruk” bukan orang yang pintar-pintar amat, namun ia mampu menciptakan sebuah maha karya agung yang luar biasa dahsyat!
Ide selalu muncul di dalam pikiran semua orang sesuai dengan lingkungan hidupnya. Lingkungan akan selalu memberikan rangsangan terhadap timbulnya ide.
Lantas, bagaimana agar dapat memeroleh ide dengan mudah?
Jawabnya: Jadilah Orang yang PEKA dan SENSITIF.
J.K Rowling dan Ahmad Thohari adalah orang biasa saja, namun ia memiliki sens of fiction. Mereka memiliki kepekaan yang luar biasa dengan lingkungkan di mana mereka tinggal. Juga sensitive terhadap kejadian dan apa yang ada di sekitar ia tinggal.
“Makanan Pokok Saya adalah Membaca”
Katakan itu.
Seorang juru masak professional, tidak akan pernah bisa menciptakan sebuah masakan yang enak, tanpa terlebih dahulu merasakan lalu bertanya bagaimana cara membuatnya.
Sudah melakukannya pun, belum tentu dapat menghasilkan masakan yang enak. Ia masih harus lagi, makan lagi (resep sana-sini), baca resep sana-sini, begitu seterusnya sampai ia mampu memeroleh sebuah karya cipta (masakan) yang spektakuler.
Begitupun bagi penulis. Ingin menjadi penulis, tidak boleh puas dan merasa sudah cukup hanya dengan membaca sebuah buku. Ingin menjadi penulis professional, bacalah sebanyak-banyaknya buku bacaan. Apa saja, kapan, dan di mana saja.
Buku itu ibarat saplement bagi para penulis.
“Ayo Mencoba Terus…”
Ibarat sebuah pisau, jika tidak dipakai dan tidak diasah terus tentu ia akan menjadi tumpul. Begitupun dengan seorang penulis, jika ide seguadang banyaknya, tanpa pernah diujicobakan untuk dituangkan dalam bentuk tulisan, maka ide itu hanya akan hilang. Terbuang sia-sia.
Jika ingin ide yang segudang itu berubah menjadi karya yang luar biasa, maka satu pesan dari saya, “Mencoba yuk” selanjutnya adalah “nyoba lagi yuk”, terus “ayooo teruslah mencobaaaaa!” Ingat kawan, ide itu mahal harganya. Jadi, jangan sampai hilang ya.
Jadikan mencoba (berlatih) sebagai bagian dari kebiasaan hidup. Maka, sudah pasti menulis itu akan menjadi MUDAH, Kawan!!!
Mengapa Enggak untuk Menjadi Penulis
Bagi seorang penulis, tulisan adalah komoditas bacaan bagi pembaca, yang berarti penulis berusaha memproduksi tulisan dan pembaca sebagai konsumennya.
Bukankah sekarang ini para pembaca tak segan-segan mengeluarkan uang untuk buku berisi tulisan yang menyenangkan saat dibaca? Jadi, mengapa enggak untuk menjadi seorang penulis?
Jangan pernah putus asa, jika sekali tulisan, dikatakan buruk, ditolak, dan di”maki-maki” editor. Sampai akhirnya mampu menciptakan sebuah karya yang baik. Tak ada seseorang yang bangkit (sukses) sebelum terpuruk.
Selamat mencoba menjadi penulis, ya.
Yang pasti, jangan sampai menjadi kelompok KGK! Menderitaaaaa lahir, batin!
Ingat, menulis dapat menambah uang saku lhoh!
*Disampaikan dalam Grand Opening Perpustakaan Al-Amin, 28 Maret2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar